Kamis, 03 Maret 2016

Investor China Melirik Papua




Oleh: Karmin Lasuliha
(Penulis adalah pemerhati Sosial di Tanah Papua)

Apa yang terbersit dalam pikiran kita ketika mendengar Negara tirai bambu “china”. Negara dengan perekonomian yang tumbuh sangat pesat setelah industrialisasi besar-besaran dengan lompatan dua digit, mereka menjadi kekuatan ekonomi kedua terbesar setelah Amerika Serikat.
China saat ini telah berada di ambang batas ekonomi, tidak ada lagi ruang yang bisa membendung geliat ekonomi dalam negerinya. Sudah saatnya mereka melakukan ekspansi industrialisasi setelah komoditi beberapa decade kemarin. Indonesia menjadi lahan garapan ekonomi yang subur untuk eksistensi industrialisasinya. Tidak ada waktu lagi membendung investor china, bukan lagi china hitam yang menjadi bahan candaan, mereka benar-benar telah hadir untuk  bersaing merebut pasar.

Mereka telah bertransformasi menjadi kekuatan kapitalis global dalam kemasan sosialis. Kita secara kasat mengetahui kehadiran investor ini, bahkan dukungan pemerintah dengan terang membawa mereka ke Indonesia. Negeri ini harus mengakui bahwa mereka memiliki kekurangan yang sangat jauh, Negara china dengan kemampuannya mampu menyulap  produk harga sangat terjangkau , lihat saja produknya, murah dan meriah dengan banyak pilihan warna serta rasa
Ada apa di balik ini…..
Jika kemudian kita tidak menyadari bahkan tidak akan pernah sadar dengan investasi  mereka, berarti ada potensi untuk Indonesia tanpa sadar mencari majikan lagi. Ada ketergantungan yang diciptakan untuk menguasai sumber-sumber penghasilan.
Mengutip catatan seorang pengusaha Indonesia “Alexander Yahya Datuk”, beliau mengatakan bahwa china menanggung beban menghidupi kelas menegah yang *mulai konsumtif*mereka yang disisi lain juga harus bekerja, yang jumlahnya bisa saja menjadi 1 miliar orang tahun 2020 nanti. Tidak ada lagi ruang pertumbuhan baru yang signifikan di dalam negerinya untuk menciptakan lapangan kerja baru, serta semakin perlu pasar baru serta sumber bahan baku konsisten yang bisa menggerakkan ekonomi mereka yang sedemikian besarnya, setidaknya dari sisi populasi.
Singkat kata, Indonesia membutuhkan investasi dari china dan Negara tersebut juga membutuhkan Indonesia sebagai tempat berinvestasi. China saat ini mulai melirik Indonesia Timur untuk berinvestasi. Kemampuan Negara ini memang tidak dapat dibandingkan dengan kita, hanya saja dari kontrak serta strategi pemerintah yang sebaiknya di bicarakan seksama.
Indonesia belum kuat dalam pertarungan industrial skala besar, seperti polemik yang muncul tahun lalu mengenai pembangunan smelter, tidak main-main kesediaan china sebagai investor untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian alias smelter tembaga di Papua diperkirakan menelan biaya investasi mencapai US$ 1 miliar atau berkisar Rp 12,5 triliun. Itu menjadi bukti bahwa china telah benar-benar siap berinvestasi di Indonesia khususnya di Tanah Papua.
China juga berinvestasi dalam pembangunan pabrik semen. Investor dari Negeri Tirai Bambu itu telah membangun pabrik semen senilai US$ 250 juta atau setara dengan 3 triliun rupiah. Selain itu china juga menyatakan niatnya untuk memperluas investasinya di bidang migas, perusahaan-perusahaan raksasa asal china yang handal berkiprah di bidang tersebut mulai fokus berekspansi di wilayah timur Indonesia.
Apa yang salah dengan manuver china? Negara ini membantu kita, yang berbeda dari mereka adalah keberaniannya menerobos Indonesia dari barat sampai ke timur, harus di akui bahwa mereka memiliki kekuatan uang dan sumberdaya manusia yang sangat siap. Bagaimana cara kita membendung mereka dengan kemampuan sumberdaya yang sangat-sangat terbatas. Jika Negara ini menyetujui masuknya investasi china tentunya langkah-langkah kerja sama yang strategis harus di persiapkan.
Pada tataran Negara-negara maju, Indonesia juga diperhitungkan bersaing di kanca Internasional. Secara penuh kita tidak dapat berkiblat ke Negara china karena akan melegitimasi Negara tersebut sebagai pemain tunggal dalam investasinya di Indonesia. Bahkan pada era ini, Indonesia sudah sewajarnya se-liga dengan Negara tersebut. Tentu di dalam kerja samanya Indonesia dan China akan selalu bersinergi dan saling mempengaruhi.
China Melirik Papua….
China dan Indonesia memiliki mata sejarah terdahulu yang erat bahkan hubungan ini menurut sejarah sudah terjalin pada masa dinasti Han. Di Indonesia khususnya di Papua, panggilan ongko melekat kepada masyarakat tionghoa. Kata ongko menjadi sebuah kata representative untuk semua orang china…itu cerita dahulu…
Ulasan saya di atas cukup jelas, para ongko yang kita kenal dahulu adalah orang-orang kaya yang memiliki kios dan toko mulai dari kelontongan sampai cukong-cukong yang mampu meminjamkan uang tanpa jaminan dengan bunga yang fantastis nilainya sebagai hitungan keuntungan jasa.
Saat ini ongko yang kita kenal dahulu semakin besar dan semakin tajir, beberapa decade lamanya mereka telah berinvestasi di Indonesia, bahkan perekonomian nasional juga bergantung kepada mereka. Tibalah saatnya mereka melirik dan kembali ke Tanah Papua, apa yang membuat mereka ke Papua….apakah mereka mau berdagang seperti dahulu..? ya..tetapi dagangannya semakin berbeda dan berkualitas…
Papua menjadi tambatan investasi china, karena Papua dianggap belum memiliki sumber daya manusia yang siap, dengan kecanggihan teknologi tentunya wilayah paling timur Indonesia ini telah di kemas dalam peta industrinya. Banyak sumber daya yang bisa di garap di Tanah ini tentunya, dan China membacanya dengan seksama.
Kita dengan keterbatasan SDM tidak mampu mengimbangi mereka, secara pribadi, lembaga bahkan institusi pemerintah Daerah tentu harus banyak berkonsultasi dengan pemerintah pusat. Bagaimana membangun kerja sama yang baik dan harmonis. Harus kita akui limit kemampuan dalam membangun sinergitas dengan mereka.
Papua memiliki kekayaan alam melimpah, tetapi pengetahuan pengelolaannya masi sangat minim. Di tambah lagi kurangnya kemampuan teknis untuk mengatahui serta memahami arti dari pengelolaan sumber daya alam Papua. Saya yakin itulah sebabnya para ongko ini mulai melirik tanah Papua yang penuh dengan kekayaan.
Sekali lagi, kitapun butuh China. Kita butuh investasinya, kita butuh akses pasarnya dan kita butuh kemampuannya membangun sumber daya manusia. Berarti, sekarang saatnya para pemangku kepentingan di Indonesia, pemerintah, kekuatan politik, intelektual dan lainnya memformulasikan secara serius dan jernih hati, trasparan mengenai pola kerjasama yang harus di terapkan kepada China dalam pengelolaan investasi di Indonesia khususnya Tanah Papua.

1 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.