Lantunan musik pop audio handphone menemani mereka di
pendopo kecil, jauh dari kebisingan suara peradaban. Cerita semakin larut
sembari mengenang masa kecil, dimana
mereka tumbuh bersama dalam situasi tempoe doloe….
Pendopo dengan dinding papan beratapkan rumbia itu terlihat
mulai kusam tidak terurus, mereka menikmatinya. Ada rasa syukur didalam benak
karena rumah mungil itu tidak lagi terurus. Sehingga keaslian masa lampaunya
masi terasa menggulirkan waktu demi waktu, mereka menyelaminya dengan
kebagahgiaan. Tertawa merenggut emosi antara mereka.
Hembusan angin kampong mendikte pertemuan itu, siang terik
dikalahkan segarnya udara. Apalagi musim kembang buah-buahan menambah harumnya
aroma kopi hitam yang sengaja di tenteng menggunakan ceret alumunium. Takaran yang
cocok seperti sedang ngopi di warung tiam.
Pertemuan itu bukan pertemuan biasa karena soal-soal di kota
di bawa serta dalam pendopo kecil itu……
Mereka para pemimpin negeri ini, sengaja datang menyelesaikan
soal-soal hidup yang tidak pernah tuntas. Menyelesaikan persoalan-persoalan
kota di kampung menjadi cara yang jauh dari gaya trendi masa kini. Di saat semua
orang menyelesaikan masalah di barak-barak modern..
Coba saja mencoba gaya menyelesaikan persoalan seperti
mereka. Di awal perjumpaan hanya terdiam, cukup beberapa menit segarkan fikir
menghirup segarnya udara sampai kembali dalam kesegaran alami masa kecil. Sebagai
pemimpin seharusnya mencoba hal baru yang bermanfaat….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar