Sabtu, 03 Agustus 2019

Refleksi Hari Ini

Apa yang salah jika ada sedikit anggaran yang dikucurkan untuk membantu para pelaku usaha ekonomi kreatif pemilik tanah, apalagi menjelang Pekan Olah Raga Nasional tahun 2020 esok di Tanah Papua. Bukankah ini bagian dari membangun pikiran bersama memajukan industry kreatif di tanah Papua.

Jika ada yang bertanggung jawab untuk hal ini, mari kita identifikasi sama-sama. Siapa para pelaku yang sudah terbantukan dengan anggaran pemerintah kini. Sudah adakah atau belum sama sekali. Esok di awal tahun, adalah sebuah tonggak sejarah baru untuk masyarakat pemilik tanah ini.

Catat dan selami segera keinginan mereka memperkenalkan budaya serta karya-karya bernilai. Buatkan sebuah lapak-lapak dari sekarang, modali mereka untuk membayar keringat dan air mata. Jadikan momentum penyelenggaraan olah raga terbesar di Indonesia ini dengan harga-harga yang layak.

Apakah mereka patut di sayang untuk gagasan-gagasan yang pernah dilahirkan, ataukah mereka hanya sebuah obyek di selasar-selasar yang mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Sebuah fenomena ekonomi yang selalu menjadi konsumsi kamera para pewarta dan akademisi untuk riset-riset tanpa presentasi.

Pekan olah raga esok mungkin bisa menjadi panggung keuntungan ekonomi, tapi juga bisa menjadi project gagal untuk para pelaku ekonomi kreatif pemilik negeri.

selamat malam
(KL)

Terus Berjuang FPHS Tsingwarop

Para anak muda dan tetua tua kampung berkumpul di jalan C Heatubun membicarakan hak-hak yang hilang selama ini, sementara gadis-gadis remaja dan mama-mama sibuk menyiapkan makan minum. Tetua-tetua adat baru menyadari berkat sebuah keutuhan dalam persatuan membangun rumah adat suku mereka.


Melanjutkan gagasan-gagasan yang mengendap lama di dasar air yang tercemar karena limbah tambang PT. Freeport Indonesia. Sudah saatnya anak-anak muda berkorban dan berkeringat mereview keinginan hati yang terpendam. Kampung Tsinga, Waa Banti dan Arwanop (Tsingwarop) pun menyadari hak sulung yang lama telah tergadai, mereka salut dengan para pejuang Forum Pemilik Hak Sulung.

Kita bangga telah memiliki kekayaan alam melimpah, kita juga di pertontonkan dengan pengelolaannya yang begitu dasyat dinikmati oleh negeri ini untuk nilai tawar para Negara maju. Mereka para pemilik hak kesulungan hanya bisa berdiri di atas tanah dan kemiskinan.

Rumah-rumah panggung di pelabuhan poumako menjadi venue betapa indahnya keserakahan Negara yang nyata. Atau balai desa kampung banti yang hanya menjadi tempat berteduh dikala hujan.

Teruskan saja proyek konsolidasi ini brader, kemampuan mu akan membuat jeri mereka yang tidak setuju. Bila perlu datangi semua sahabat-sahabat kita ke rumah-rumah mereka untuk meminta dukungan, buat semua membicarakan tentang keanehan yang telah dilakukan para penguasa negeri ini kepada kalian pemilik hak kesulungan.

Ratakan dengan pasir di laut rumah-rumah warga yang tidak layak huni untuk di bangun kembali tempat yang layak di tinggali. Ajak mereka yang diam untuk tidak jadi seorang pecundang atau duri dalam sekam. Ini perjuangan bersama dan tidak ada yang menyerah.

Cara ini kami dukung dengan segenap jiwa raga, perjuangan anak-anak muda Tsingwarop  belum selesai. Segera berikan hak mereka tanpa embel-embel dan lainnya, berikan label harga yang layak untuk kemaslahatan mereka. Ini bukan soal uang tetapi sebuah harga diri yang lama tergadai.
Berikan tanggung jawab dengan penghargaan beretika.

Kata orang mereka tak mampu, tetapi kami percaya bahwa mereka anak-anak muda cerdas yang akan membangun kapasitas pendidikan terbaik, ekonomi kerakyatan yang mumpuni dan melahirkan leader terbaik dalam suku bangsanya.

Berikan waktu dan hak terbaik kepada anak-anak adat sebagai lokomotif gerakan untuk masa depan bangsa di Tanah Amungsa. Semoga Tuhan memberkaati perjuangan mu. *(KL)*

Catatan Fiktif Yang Mungkin Nyata

Sekali saja kita menginjakkan kaki di pulau itu, kita serasa pulang ke masa lalu. Kondisi dulu tidak berbeda dengan sekarang, jalan-jalan masih berlubang dan mata pencaharian yang sulit tak kunjung selesai. Tak ayal banyak pemuda dan masyarakat memilih status sebagai perantau untuk mengembangkan taraf hidupnya.

Masa-masa itu tidak mengubah kita menjadi lebih kaya untuk saling berbagi, semenjak persiapan bahan makanan hanya cukup seminggu dan habis di atas tungku-tungku dapur petani jagung. Pemerintahan negeri ini tidak mengubah nasib rakyatnya yang tidak sejalan, kata mereka biarlah waktu yang akan mengubahnya.

Para pemimpin pun tidak mau lagi menjadi kacung karena masa panen tak terakumulasi menjadi upeti. Jambu mete tidak berbunga lagi akibat musim gugur yang berkepanjangan, kayu jati pun sama telah habis terjual tanpa reboisasi. Wajar saja kehidupan di kampung makin tak menentu dan menggeser nilai identitas para petani menjadi buruh dan penganggur. Sekarang tanah olahan telah berubah menjadi batu-batu cadas yang tak bisa di tanami.

Terang saja mereka tidak lagi produktif karena waktu telah dimakan usia, para tua adat tidak khawatir jika anak-anak perantau itu masih mengenyam pendidikan di ujung negeri, kelak mereka akan kembali membangun serta menghargai mereka, menggantikan para pemimpin negeri yang tidak memahami nilai-nilai dan etika kepemimpinan melayani.

Selain berkebun, mereka juga pergi melaut menjaring harapan-harapan yang belum pasti. Berharap hasil tangkapan bisa menemani jagung kering di atas tungku perapian yang mulai padam. Tanpa kompas dan terus mengikuti arah tiupan angin membawa nelayan-nelayan tua itu, kadangkala ada yang pulang membawa hasil tetapi ada pula yang pergi tak kembali. Sedih rasanya, ketika mendengar bahwa mereka mati tanpa pusara karena hilang di telan gelombang. (KL)

Senin, 18 September 2017

Politik Kemanusiaan

oleh: Karmin Lasuliha


Setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin haruslah jujur dan adil karena sikap keadilan dan kejujuran akan di pertanggungjawabkan kepada kemanusiaan dan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Inilah konsep kemanusiaan yang benar, yang harus di jalankan dimana saja dan dalam konteks apa saja.
Telah kita bicarakan tentang konsep politik di mana rumusannya bagaimana hubungan antara individu dengan masyarakat adalah merdeka secara demokratis. Dan setiap kemerdekaan individu akan terbatas pada kemerdekaan sosial atau kemerdekaan orang lain, dan dimana perbaikan kondisi masyarakat tergantung pada perencanaan manusia dan usaha-usaha bersamanya. Maka dari itu kemerdekaan individu akan di batasi oleh kemerdekaan orang lain, tetapi jika kemerdekaan dicirikan dalam bentuk yang tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas) maka sudah terang bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan bebas segala keinginan pribadinya. Begitu juga dalam konteks politik, penyelenggara politik saat ini dianggap sebagai brand negatif bagi mereka yang tidak memahami tentang kejujuran, keadilan dan konsep pertanggungjawaban.

Minggu, 17 Juli 2016

Pemuda, KNPI Dan Kualitas Independen






Oleh: Karmin Lasuliha


(Adalah aktivis dan pemerhati sosial)

Kebanggaan itu muncul dengan sendirinya, bersinergi bersama kawan maupun lawan, karena perbedaan itu di pahami sebagai nilai ibadah, itu pemuda dahulu. Bagaimana saat ini? setiap gerak langkah memunculkan kecurigaan, karena nilai telah hilang di telan rasa. Jika berbuat, tentunya harus dengan intrik dan interest. Duit menjadi indikator utama, entah dari mana dan bagaimana cara mendapatkannya, yang paling penting kegiatan menunjang muslihat bisa berjalan sebagaimana pikiran picik nya.Kami percaya bahwa pemuda Indonesia masih berfikir dewasa, bukan hanya menjual dagangan biasa melainkan kualitas pikir untuk pembangunan bangsa.