Papua adalah kesempurnaan dari timur Indonesia. Laut, pantai, dan gunungnya menjadi incaran para traveler dunia. Tak hanya dari tanahnya, Papua juga cantik dari atas angkasa. Siapa pun akan terkesima!
Hijau pepohonan yang rimbun dan birunya langit menjadi ciri khas dari pulau di timur Indonesia ini. Cuaca yang terik dan membakar kulit akan menemani perjalanan Anda saat traveling ke sana. Jika ingin melihat yang cantik dan berbeda di Papua, cobalah melihatnya dari angkasa.
Helikopter adalah transportasi yang digunakan untuk penerbangan kali ini. Helikopternya dapat menampung sembilan orang, tiga di antaranya adalah pilot dan kru.
Prosedur keamanan harus ditaati dengan tepat. Selain memasang sabuk pengaman, Anda harus menggunakan headset khusus. Headset ini sebagai alat komunikasi sesama penumpang dan pilot. Anda bisa berbicara setelah menekan tombol kecil di atas kuping.
Setelah itu, perjalanan ke atas angkasa pun dimulai. Rumah, bandara, dan pepohonan yang terlihat besar, menjadi kecil dan bagaikan miniatur saat helikopter ini lepas landas.
Kota Timika terlihat sangat kecil. Ada jalanan dan hanya beberapa mobil saja yang terlihat jelas dari angkasa. Udaranya pun masih normal, tidak terlalu dingin.
Memasuki Tembagapura, hutan-hutan rimba mulai mendominasi pengelihatan ini. Perbukitan pun terlihat jelas. Hijau pohonnya berbalut cahaya matahari yang terik. Sesekali, ada truk-truk yang berukuran besar di jalanan membawa sebagai pengangkut hasil tambang.
Di sinilah udara dingin mulai terasa. Jelas saja, Tembagapura terletak di ketinggian sekitar 2.000 mdpl. Tak sampai di situ, helikopter makin naik ke Grasberg, titik tertinggi di Tembagapura dengan ketinggian sekitar 4.200 mdpl.
Di sini makin terasa dinginnya. Hekikopter pun terbang membelah awan. Dari dalam helikopter, awan-awan sungguh terlihat bagaikan kapas. Ada yang bergerombol dan membentang panjang, serta ada awan yang bagaikan satu kapas saja dan menjadi 'payung' untuk hutan di bawahnya.
Dari Grasberg, sudah terlihat kawasan Puncak Carstensz. Kawasannya didominasi oleh bebatuan. Warna hitam dan puncaknya yang berwarna putih sungguh kontras dengan hutan yang hijau sebelumnya.
Saat mendekati kawasan Puncak Carstensz lebih dekat, oksigen pun makin tipis. Anda tak bisa menghirup nafas dalam-dalam. Namun, saya cuek saja dan tak pernah lepas dari kamera. Pemandangannya sangat menakjubkan!
Helikopter memutari kawasan Puncak Carstensz. Di sini ada pemandangan Puncak Carstensz yang khas, Danau Biru sebagai camp terakhir pendakian sebelum ke puncak yang bagaikan genangan air raksasa, dan salju abadi di Puncak Jaya.
Saljunya terlihat tebal, menyelimuti bagian puncaknya. Salju abadi yang menjadi keunikan Indonesia dan hanya ada tiga di dunia, karena letaknya berada di garis ekuator yang terkenal dengan cuaca yang panas. Orang Indonesia harus bangga.
Rombongan pun makin terkejut dengan pernyataan pilot yang terdengar di headset. Pilot berujar bahwa kini kita berada di ketinggian sekitar 4.600 mdpl dengan suhu 0 derajat Celcius. Hah?
Inikah rasanya berada di 0 derajat Celcius di Indonesia? Dinginnya terasa sampai menusuk tulang. Di depan mata hanya ada pegunungan berwarna hitam tanpa kehidupan dan awan-awan yang terlihat tebal.
Uniknya, awan-awan tersebut bergerak cepat. Sesekali awannya menyelimuti Puncak Carstensz dan Puncak Jaya. Namun tak lama, mereka meninggalkan puncaknya. Inilah kesempatan yang hanya dalam hitungan detik untuk memotret puncaknya. Jika tak cepat, awan itu akan kembali menyelimuti puncaknya.
Papua sungguh cantik dari angkasa. Sulit untuk mengkalkulasikan dengan angka, berapa nilai untuk pemandangan tersebut. Perjalanan ini harus Anda lakukan saat traveling ke Bumi Cendrawasih. Selamat jatuh cinta dengan Papua! ( Afif Farhan )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar