Minggu, 17 Juli 2016

Pemuda, KNPI Dan Kualitas Independen






Oleh: Karmin Lasuliha


(Adalah aktivis dan pemerhati sosial)

Kebanggaan itu muncul dengan sendirinya, bersinergi bersama kawan maupun lawan, karena perbedaan itu di pahami sebagai nilai ibadah, itu pemuda dahulu. Bagaimana saat ini? setiap gerak langkah memunculkan kecurigaan, karena nilai telah hilang di telan rasa. Jika berbuat, tentunya harus dengan intrik dan interest. Duit menjadi indikator utama, entah dari mana dan bagaimana cara mendapatkannya, yang paling penting kegiatan menunjang muslihat bisa berjalan sebagaimana pikiran picik nya.Kami percaya bahwa pemuda Indonesia masih berfikir dewasa, bukan hanya menjual dagangan biasa melainkan kualitas pikir untuk pembangunan bangsa. 
Di zaman ini kita hanya melahirkan politisi. Politisi muda yang tak ubahnya sama dengan kaum tua, sibuk meraup suara tapi dangkal akal pikirannya. Harus ada yang memberikan kesadaran-kesadaran baru bagi pemuda di luar sana, KNPI wadahnya.Itulah pemuda Indonesia, kita percaya ini bukanlah wadah berhimpun biasa, inilah tempat dimana kita semua membangun narasi masing-masing pada setiap sudut gerakan. Tempat dimana kita ditempa untuk pada akhirnya sadar, bahwa kita berada di tengah putera puteri pemuda terbaik bangsa. Terkadang kita terhukum akibat angan-angan yang berlebihan, kadang-kadang pula mimpi sederhana tercipta menjadi mahakarya.Komite Nasional Pemuda Indonesia, di tahun 1973 silam terlahir, di tengah himpitan politik banyak kepentingan. Masih ingatkah engkau dengan lima organisasi yang kita kenal dengan kelompok cipayung. Kelompok organisasi mahasiswa yang memperjuangkan KNPI hadir di tengah pemuda, bergelut dengan perbedaan pendapat yang sangat rentan berimbas pada kedaulatan negara. Ini bukan soal kepentingan partai berlambang beringin atau intervensi tentara kala itu, yang pasti wadah ini harus di bentuk untuk pemuda yang bersatu, mengakomodir kepentingan bersama untuk kreatifitas anak-anak muda.
Di negeri ini simbol-simbol berada satu tingkat di atas kualitas diri. Nama lembaga adalah eksistensi nya walaupun tidak ada gerakan dalam menjawab kehadiran. Sangat sederhana, jika engkau ingin mergelut dalam wadah pemuda maka engkau hanya siapkan rekomendasi atau surat keputusan dari pucuk pimpinan, sedikit cuap-cuap maka engkau akan di akui secara organisatoris, itulah wajah organisasi pemuda hari ini.
Tidak ada hujatan, ini pengelihatan orang awam memandang realitas. Pemuda hari ini sangat mudah terbaca, kita hanya sedikit membuat pemetaan karakter maka terbaca sudah siapa para pemainnya. Ada pemuda yang hebat dalam mengolah narasi dan pandai memilih diksi kata. Karakter model ini berada di level eksekutif, mereka berlindung di balik kecerdasan orang lain karena kemampuan tehnisnya sangat diragukan, mereka cerdik dan pandai bermain peran serta memiliki jejaring tingkat atas. Senjata pamungkas dari karakter ini adalah gaya dan caranya bertujuan mendapatkan materi dengan muslihat.
Yang kedua adalah karakter pemuda mandiri, kebanyakan pemuda dengan karakter demikian sangat sering berbenturan pendapat dengan karakter level pertama, pemuda ini memiliki kemampuan teknis dan bertanggung jawab dari setiap apa yang di lakukan. Mampu memunculkam ide baru untuk kepentingan bersama. Kebanyakan dari mereka adalah para aktivis. Mereka tidak bergantung kepada siapapun dan karakter ini memiliki tujuan berfikir dan bertindak professional.
Level ketiga adalah karakter pemuda yang mengikuti arus dominan, karakter ini adalah tipe pemuda yang hanya mencari aman dan berfikir di dalam kotak. Sikapnya jelas mengikuti arus kencang yang datang menghampiri.
Perpecahan pemuda Indonesia secara organisatoris hari ini membuka pemikiran kita dengan jelas untuk merevieuw kualitas pemuda, mungkinkan pemuda saat ini telah di dominasi orang-orang yang jauh dari karakter kepemimpinan pemuda. Secara pribadi, saat ini saya belum melihat karakter pemuda yang tercantum dalam Undang-Undang 40/2009. Secara kualitas anda dapat menentukan pilihan, tentunya dengan cara analisa yang baik dan benar pula, bung Fahd A Rafiq ataukah bung Rivai Darus, Kongres pemuda di Papua atau MUNASLUB di Jakarta.
Apakah mereka berdua serta jajarannya adalah pemuda pilihan, saya tidak berharap memilih karena mereka (OKP) pun subjektif tanpa alat ukur. Apakah mereka mampu menjadi kebanggaan kita, saya pun tidak mau mengevaluasi karena pemuda terlegitimasi yang memiliki cara menilainya. Apakah mereka telah berbuat, Wallahu’alam bissawa, secara subjektif kami hanya dapat mengangkat kepalan tangan dengan teriakan…SALAM PEMUDA” karena pemuda hari ini akan menentukan kualitas bangsa esok hari.Sedikit definisi pemuda mungkin perlu kita ketahui, dalam undang-undang kita menggunakan frase “periode penting pertumbuhan usia pemuda”, sementara UNESCO mengelaborasinya dengan lebih detil, dalam periode tersebutlah terjadi transisi dari individu yang dependen mejadi independen. Pemuda yang independen adalah mereka yang memahami konteks gerakan, memiliki landasan berfikir serta mampu menelorkan konsep-konsep segar untuk kemandirian, tegas, amanah serta bertanggung jawab.
Karakter yang begitu istimewa terdapat pada diri seorang pemuda. Dengan karakter-karakter khas seperti yang disampaikan diatas, pemuda mempunyai peran yang strategis. Peran membawa perubahan. Perubahan menjadi indikator suatu keberhasilan terhadap sebuah gerakan pemuda. Perubahan mewujudkan kualitas negeri ini menjadi lebih baik.
Dengan segala keterampilan dan kreatifitas yang dimilikinya, pemuda diharapkan bisa membawa perubahan untuk bangsa Indonesia menjadi lebih baik, bermartabat, dan berkualitas. Yang menjadi pertanyaan, apakah kualitas pemuda saat ini memberikan gambaran jelas mengenai pemuda yang baik, memenuhi unsur-unsur penting dalam wadah pemuda Indonesia. Mungkinkah…….

Tidak ada komentar: