Pernah berjaya di tahun 2006 dengan omzet hingga
ratusan juta rupiah dari 25 petak karamba yang diolahnya namun akhirnya gulung
tikar karena di rundung penyakit, tetapi tidak menyurutkan niat “Pak Lurah” ini
untuk kembali membangkitkan usaha karamba ikannya, tapi kali ini ia lebih fokus
menjadi petani lele di tepian Danau Sentani, Kampung Yoka, Waena, Kota Jayapura
Kolam berukuran 3 x 1 itu terlihat keruh, di dasar kolam berbahan terpal
plastik warna biru terlihat beberapa ekor lele berwarna hitam legam berebut
makanan yang di buang lelaki bertubuh kekar.
Bila dia tengah
“bercengkerama” dengan lele – lele piaraannya itu, tidak akan ada yang mengira
sosok itu adalah orang nomor satu di Kelurahan Waena Kota Jayapura, Kundrat
Tukayo, SP, jebolan Sarjana Pertanian Santo Thomas Aquinas yang meski kini
sibuk di percayakan sebagai Lurah Waena, namun
ia enggan melepaskan usaha kolam lelenya, karena menurutnya, kolam tersebut bukan sekedar mata pencaharian, namun juga bentuk aktualisasi diri dan pengetahuannya yang di peroleh dari bangku kuliah maupun ilmu hasil “berguru” dari salah satu petani ikan di Distrik Muaratami.
ia enggan melepaskan usaha kolam lelenya, karena menurutnya, kolam tersebut bukan sekedar mata pencaharian, namun juga bentuk aktualisasi diri dan pengetahuannya yang di peroleh dari bangku kuliah maupun ilmu hasil “berguru” dari salah satu petani ikan di Distrik Muaratami.
“saya mengenal
dunia kolam ini dari Bang Jufri pemilik Agromina Wisata di Koya Timur Distrik
Muaratami 14 tahun silam, bagi saya dia adalah orang yang sangat berjasa
membentuk mental wirausaha saya, selalu memotivasi dan mendorong bahwa kalau
kita sungguh – sungguh pasti bisa dan pasti akan berhasil”, tuturnya mengenang awal
mula menceburkan diri ke dunia pembiakan ikan air tawar.
Perjalanannya dari hari ke hari sambil berkuliah,
dia tetap bekerja dan belajar dari bang jufri mulai dari bagaimana berwirausaha
budidaya ikan air tawar, diakuinya hal itu dijalani karena potensi wilayah
tempat tinggalnya adalah danau yang bisa digarap untuk menghasilkan. Selama 8
tahun ia tekun mempelajari teknik lapangan, pembenihan ikan dan pemilahan jenis
jantan dan betina, kesabaran bang jufri memberikan ilmu sungguh tak tanggung
tanggung, khundrat pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar, selain
mendapat gaji dia pun banyak menimbah pengalaman, pada 6 tahun setelah bergelut
dalam budidaya, dia mulai membekali diri dengan marketing, tentunya atas
bimbingan bang jufri pula, segmen pasar pada wilayah pegunungan dipercayakan
bang jufri sepenuhnya pada lelaki asal yoka itu.
Sekitar 14 tahun lamanya ia berguru di Agromina Wisata Koya Barat
milik Bang Jufri, hingga akhirnya di tahun 2006 dengan di modali oleh Bang
Jufri pula ia akhirnya memberanikan diri membuka kolam karamba di Kampung Yoka
di tepian Danau Sentani.
“dia itu kayak
sodara, ibaratnya dia tidak memberikan saya ikannya untuk saya makan, tapi dia
memberikan saya kail untuk saya pakai cari makan”, kata Kundrat mengenang sosok
Bang Jufri yang membukakan jalan baginya.
Di awal tahun 2006 suami dari Mauren C. Mehue dan ayah dari Svetlana
Tukayo dan Svonareva Tukayo itu diberikan
cobaan oleh Tuhan, dimana ketika sakit dokter mendiagnosisnya
dan hasilnya dia tidak menderita penyakit
apa-apa walau kondisinya sangat kritis waktu itu, dia dirawat intensif selama 6
bulan hingga masuk bulan ke tujuh dengan
bantuan pengobatan tradisional Khundrath kembali pulih dan sembuh dari sakitnya.
“ketika itu usaha
karamba saya kurang terurus, modal juga tersedot untuk pengobatan, akhirnya
saya berpikir untuk banting setir memelihara ikan lele saja
dengan uang sisa yang masih ada di rekening sebanyak 60 juta, kenapa ikan lele, karena lebih mudah dalam pemeliharaannya, dan bisa
menggunakan kolam terpal saja”, katanya.
Diawal-awal usaha ketika khundrath Tukayo
memutuskan untuk mandiri, saat itu ia di modali berupa bibit ikan nila dan ikan mas secara gratis dari
Bang Jufri, hingga akhirnya ia mampu memiliki 25 petak karamba dengan omzet ratusan juta rupiah setiap kali panen.
Tentunya keberhasilannya sebagai pemilik keramba bukan tanpa perjuangan,
khundrat muda yang saat itu masih menempuh studi juga memiliki banyak prestasi
olahraga dibidang sepakbola dan karate, mewakili kabupaten Jayapura serta
provinsi papua pada ivent-ivent nasional dan lokal memberikan berkah padanya,
uang sakunya ditabung hingga mencukupi modal pembuatan keramba serta pembelian
alat dan pakan.
Dalam mengembangkan kolam ikan miliknya, tahapan awal
dilalui dengan beberapa petak yakni hanya berjumlah 5 keramba tetapi berselang
6 bulan penambahan 5 keramba di buatnya, hingga jangka waktu 3 tahun khundrath
telah memiliki 25 keramba. Keramba yang dikelola oleh tiga orang karyawan itu
berjalan sukses, pemasarannya pun bahkan dibilang lancar, karena dia telah
memiliki langganan tetap di rumah makan lestari abepura waktu itu, dengan
kemampuan negosiasi penawaran ke warung-warung di sekitar abepura dan waena dia
berhasil menuai keuntungan yang bisa dibilang lumayan. Produksi 100 sampai 150
kilo/bulan belum dapat memenuhi kebutuhan pasar. keterbatasan kurangnya modal
usaha membuatnya tidak sanggup melayani permintaan pasar yang melonjak.
Khundrath Tukayo tetap mendayung mimpinya, hingga
dia berhasil membeli satu unit rumah tinggal bahkan sebelum jatuh sakit dia
sempat membeli 1 unit kendaraan roda empat katanya, Lelaki yang dikenal sangat
ramah serta banyak berbagi itu memberikan pelajaran berharga, kebaikannya bukan
saja pada masyarakat yang berada di kelurahannya bahkan pada kami wartawan MOP
yang mendengar langsung dari bibir lelaki kelahiran tahun 1973 itu.
“bulan november 2005 saya beli rumah dari hasil
usaha kolam ikan, letaknya di sentani BTN purwadadi, dan di awal tahun 2006
saya bisa beli mobil jenis corolla, mobil itu masih ada cuma ada kendala di aki
nya, kalau mau digunakan teman-teman bisa pake”
Setelah sempat vakum
mengelola usaha karamba, karena sakit
dan kesibukan sebagai penyuluh pertanian serta
kehabisan modal, akhirnya Kundrat Tukayo kembali merintis kolam ikan lelenya
dengan membuat 10 kolam terpal,
lelaki yang juga adalah lurah waena itu merintis kembali usaha lele dengan
dibantu adik dan sepupunya.
Sampai
akhir bulan maret ditahun ini usaha ikan lele terpal nya masih tetap berjalan
dengan omzet 43 juta rupiah/ bulan dari 10 petak,
saat ini setelah masa panen maret lalu khundrat Tukayo masih memiliki 5 petak
kolam terpal yang siap panen siapa
sangka pria segudang pengalaman itu adalah wirausahaan sukses dibidang
pertanian dan perikanan.
Kesibukannya
sebagai kepala kelurahan tak dapat dipungkiri sedikit membagi focus kerjanya
dalam usaha ikan lele nya, selain mengabdi dalam tugas-tugas pemerintahan dia
juga terjun langsung mengurusi lele-lelenya, katanya ada adik yang diberikan
tanggung jawab mengurusi usaha lele nya tetapi hal itu harus kembali pada
pribadi masing-masing katanya agar usaha terus berjalan bahkan lebih berkembang,
untungnya budidaya lele tidak menyita waktu dan tenaga Karena lele merupakan
jenis ikan yang bandel dan dapat bertahan dalam air yang keruh apalagi kolam
yang dibuatnya sangat praktis.
“
ini tantangan, sebagai lurah dengan kesibukan yang padat, apa yang saya
jalankan adalah usaha lele yang sangat efisien, kita bisa lihat sekarangkan
kolamnya tak memerlukan tempat yang luas, sewaktu-waktu ketika lahan kolam ikan
terpal mau saya gunakan untuk keperluan seperti kandang ternak bisa dibongkar saja
dan dapat dibuat kembali, saya telah memberi tanggung jawab ke keluarga untuk
urus keramba, tetapi untuk mengembangkan usaha ini butuh orang-orang yang mau
memiliki tanggung jawab serta pemahaman beternak lele, makanya saya terkadang
terjun langsung memberi makan serta membersihkan kolam”
Hasil
atau keuntungan usaha lele yang baru beberapa bulan di jalankan masih di simpan
untuk pengembalian modal, katanya usaha lelenya masih dirintis tahap demi
tahap, banyak keluarga yang saat ini masih kuliah dan perlu pembiayaan,
katanya.
“Uang
hasil panen ikan itu banyak yang saya sisihkan, banyak keperluan yang harus di
talangi seperti biaya kuliah adik-adik, biaya makan sehari-hari, saya menabung
sedikit demi sedikit, terus terang saja uang di rekening masih ada 35 juta
setelah di potong untuk keperluan lain-lain.”
Sebagai seorang lurah
yang dilantik pada 16 desember 2011 Khundrath Tukayo banyak membagi waktunya
berbaur dengan warganya, harapannya setiap orang harus dapat memberdayakan
dirinya sendiri melalui wirausaha, kunci sukses itu mencoba dan tak kenal
menyerah. Ada harapannya yang belum tersalurkan yakni penerapan teknologi budi
daya ikan nila dan ikan bandeng di air asin, keramba akan di bangun di wilayah
engross, tobati dan abepantai.
“saya masih baru
menjadi lurah di waena dan banyak waktu tersita juga, karena baru ,saya perlu
adaptasi mengenal karakter bawahan, juga system kerja kelurahan, karena masih
banyak yang perlu dibenahi untuk menyamakan persepsi serta mensinergikan
karakter dan system kerja di kantor.”
Baru beberapa
waktu dia menjalankan tugas di pemerintahan waena tetapi banyak hal yang telah
direalisasikan seperti pemberdayaan mama mama penjual pinang yang seperti kata
orang mengganggu pemandangan kota, ungkapnya bahwa “ para penjual pinang di
pinggir jalan saya tata dengan baik, anda bisa melihatnya di depan toko-toko
sana, pemandangannya apik dan cantik, ini semua tergantung penataannya.“
cita-citanya
menjadikan kelurahan waena sebagai wilayah jasa di kota jayapura, dia pun tak
tanggung-tanggung berbuat, selain menjalankan roda pemerintahan secara internal
dia pun sedang mengidentifikasi dan melakukan observasi kondisi usaha serta
perekonomian warga untuk mengetahui apa yang diinginkan warga adalah kegiatan
yang sehari-harinya dia geluti “ pengusaha kecil banyak diwilayah ini dan kita
harus memberdayakan mereka untuk meningkatkan perkonomiannya, saya juga ingin
juga mengalokasikan wilayah disana yang bisa kita kelola bersama seperti pasar
kuliner tradisional papua ungkapnya sambil menunjuk arah batas kota jayapura.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar