Selasa, 25 Juni 2013

LICINNYA USAHA KOLAM TERPAL IKAN LELE PAK LURAH



Pernah berjaya di tahun 2006 dengan omzet hingga ratusan juta rupiah dari 25 petak karamba yang diolahnya namun akhirnya gulung tikar karena di rundung penyakit, tetapi tidak menyurutkan niat “Pak Lurah” ini untuk kembali membangkitkan usaha karamba ikannya, tapi kali ini ia lebih fokus menjadi petani lele di tepian Danau Sentani, Kampung Yoka, Waena, Kota Jayapura 

Kolam berukuran 3 x 1 itu terlihat keruh, di dasar kolam berbahan terpal plastik warna biru terlihat beberapa ekor lele berwarna hitam legam berebut makanan yang di buang lelaki bertubuh kekar.

Bila dia tengah “bercengkerama” dengan lele – lele piaraannya itu, tidak akan ada yang mengira sosok itu adalah orang nomor satu di Kelurahan Waena Kota Jayapura, Kundrat Tukayo, SP, jebolan Sarjana Pertanian Santo Thomas Aquinas yang meski kini sibuk di percayakan sebagai Lurah Waena, namun
ia enggan melepaskan usaha kolam lelenya, karena menurutnya, kolam tersebut bukan sekedar mata pencaharian, namun juga bentuk aktualisasi diri dan pengetahuannya yang di peroleh dari bangku kuliah maupun ilmu hasil “berguru” dari salah satu petani ikan di Distrik Muaratami.

“saya mengenal dunia kolam ini dari Bang Jufri pemilik Agromina Wisata di Koya Timur Distrik Muaratami 14 tahun silam, bagi saya dia adalah orang yang sangat berjasa membentuk mental wirausaha saya, selalu memotivasi dan mendorong bahwa kalau kita sungguh – sungguh pasti bisa dan pasti akan berhasil”, tuturnya mengenang awal mula menceburkan diri ke dunia pembiakan ikan air tawar.

Perjalanannya dari hari ke hari sambil berkuliah, dia tetap bekerja dan belajar dari bang jufri mulai dari bagaimana berwirausaha budidaya ikan air tawar, diakuinya hal itu dijalani karena potensi wilayah tempat tinggalnya adalah danau yang bisa digarap untuk menghasilkan. Selama 8 tahun ia tekun mempelajari teknik lapangan, pembenihan ikan dan pemilahan jenis jantan dan betina, kesabaran bang jufri memberikan ilmu sungguh tak tanggung tanggung, khundrat pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar, selain mendapat gaji dia pun banyak menimbah pengalaman, pada 6 tahun setelah bergelut dalam budidaya, dia mulai membekali diri dengan marketing, tentunya atas bimbingan bang jufri pula, segmen pasar pada wilayah pegunungan dipercayakan bang jufri sepenuhnya pada lelaki asal yoka itu.

Sekitar 14 tahun lamanya ia berguru di Agromina Wisata Koya Barat milik Bang Jufri, hingga akhirnya di tahun 2006 dengan di modali oleh Bang Jufri pula ia akhirnya memberanikan diri membuka kolam karamba di Kampung Yoka di tepian Danau Sentani.

“dia itu kayak sodara, ibaratnya dia tidak memberikan saya ikannya untuk saya makan, tapi dia memberikan saya kail untuk saya pakai cari makan”, kata Kundrat mengenang sosok Bang Jufri yang membukakan jalan baginya.     

Di awal tahun 2006 suami dari Mauren C. Mehue dan ayah dari Svetlana Tukayo dan Svonareva Tukayo itu diberikan cobaan oleh Tuhan, dimana ketika sakit dokter mendiagnosisnya dan hasilnya dia tidak  menderita penyakit apa-apa walau kondisinya sangat kritis waktu itu, dia dirawat intensif selama 6 bulan hingga masuk bulan ke tujuh  dengan bantuan pengobatan tradisional Khundrath kembali pulih dan sembuh dari sakitnya.

“ketika itu usaha karamba saya kurang terurus, modal juga tersedot untuk pengobatan, akhirnya saya berpikir untuk banting setir memelihara ikan lele saja dengan uang sisa yang masih ada di rekening sebanyak 60 juta, kenapa ikan lele, karena lebih mudah dalam pemeliharaannya, dan bisa menggunakan kolam terpal saja”, katanya.

Diawal-awal usaha ketika khundrath Tukayo memutuskan untuk mandiri, saat itu ia di modali berupa bibit ikan nila dan ikan mas secara gratis dari Bang Jufri, hingga akhirnya ia mampu memiliki 25 petak karamba dengan omzet ratusan juta rupiah setiap kali panen. Tentunya keberhasilannya sebagai pemilik keramba bukan tanpa perjuangan, khundrat muda yang saat itu masih menempuh studi juga memiliki banyak prestasi olahraga dibidang sepakbola dan karate, mewakili kabupaten Jayapura serta provinsi papua pada ivent-ivent nasional dan lokal memberikan berkah padanya, uang sakunya ditabung hingga mencukupi modal pembuatan keramba serta pembelian alat dan pakan.

Dalam mengembangkan kolam ikan miliknya, tahapan awal dilalui dengan beberapa petak yakni hanya berjumlah 5 keramba tetapi berselang 6 bulan penambahan 5 keramba di buatnya, hingga jangka waktu 3 tahun khundrath telah memiliki 25 keramba. Keramba yang dikelola oleh tiga orang karyawan itu berjalan sukses, pemasarannya pun bahkan dibilang lancar, karena dia telah memiliki langganan tetap di rumah makan lestari abepura waktu itu, dengan kemampuan negosiasi penawaran ke warung-warung di sekitar abepura dan waena dia berhasil menuai keuntungan yang bisa dibilang lumayan. Produksi 100 sampai 150 kilo/bulan belum dapat memenuhi kebutuhan pasar. keterbatasan kurangnya modal usaha membuatnya tidak sanggup melayani permintaan pasar yang melonjak.

Khundrath Tukayo tetap mendayung mimpinya, hingga dia berhasil membeli satu unit rumah tinggal bahkan sebelum jatuh sakit dia sempat membeli 1 unit kendaraan roda empat katanya, Lelaki yang dikenal sangat ramah serta banyak berbagi itu memberikan pelajaran berharga, kebaikannya bukan saja pada masyarakat yang berada di kelurahannya bahkan pada kami wartawan MOP yang mendengar langsung dari bibir lelaki kelahiran tahun 1973 itu.

“bulan november 2005 saya beli rumah dari hasil usaha kolam ikan, letaknya di sentani BTN purwadadi, dan di awal tahun 2006 saya bisa beli mobil jenis corolla, mobil itu masih ada cuma ada kendala di aki nya, kalau mau digunakan teman-teman bisa pake”

Setelah sempat vakum mengelola usaha karamba, karena sakit dan kesibukan sebagai penyuluh pertanian serta kehabisan modal, akhirnya Kundrat Tukayo kembali merintis kolam ikan lelenya dengan membuat 10 kolam terpal, lelaki yang juga adalah lurah waena itu merintis kembali usaha lele dengan dibantu adik dan sepupunya.
Sampai akhir bulan maret ditahun ini usaha ikan lele terpal nya masih tetap berjalan dengan omzet 43 juta rupiah/ bulan dari 10 petak, saat ini setelah masa panen maret lalu khundrat Tukayo masih memiliki 5 petak kolam terpal yang siap panen  siapa sangka pria segudang pengalaman itu adalah wirausahaan sukses dibidang pertanian dan perikanan.

Kesibukannya sebagai kepala kelurahan tak dapat dipungkiri sedikit membagi focus kerjanya dalam usaha ikan lele nya, selain mengabdi dalam tugas-tugas pemerintahan dia juga terjun langsung mengurusi lele-lelenya, katanya ada adik yang diberikan tanggung jawab mengurusi usaha lele nya tetapi hal itu harus kembali pada pribadi masing-masing katanya agar usaha terus berjalan bahkan lebih berkembang, untungnya budidaya lele tidak menyita waktu dan tenaga Karena lele merupakan jenis ikan yang bandel dan dapat bertahan dalam air yang keruh apalagi kolam yang dibuatnya sangat praktis.
“ ini tantangan, sebagai lurah dengan kesibukan yang padat, apa yang saya jalankan adalah usaha lele yang sangat efisien, kita bisa lihat sekarangkan kolamnya tak memerlukan tempat yang luas, sewaktu-waktu ketika lahan kolam ikan terpal mau saya gunakan untuk keperluan seperti kandang ternak bisa dibongkar saja dan dapat dibuat kembali, saya telah memberi tanggung jawab ke keluarga untuk urus keramba, tetapi untuk mengembangkan usaha ini butuh orang-orang yang mau memiliki tanggung jawab serta pemahaman beternak lele, makanya saya terkadang terjun langsung memberi makan serta membersihkan kolam”
Hasil atau keuntungan usaha lele yang baru beberapa bulan di jalankan masih di simpan untuk pengembalian modal, katanya usaha lelenya masih dirintis tahap demi tahap, banyak keluarga yang saat ini masih kuliah dan perlu pembiayaan, katanya.
“Uang hasil panen ikan itu banyak yang saya sisihkan, banyak keperluan yang harus di talangi seperti biaya kuliah adik-adik, biaya makan sehari-hari, saya menabung sedikit demi sedikit, terus terang saja uang di rekening masih ada 35 juta setelah di potong untuk keperluan lain-lain.”

Sebagai seorang lurah yang dilantik pada 16 desember 2011 Khundrath Tukayo banyak membagi waktunya berbaur dengan warganya, harapannya setiap orang harus dapat memberdayakan dirinya sendiri melalui wirausaha, kunci sukses itu mencoba dan tak kenal menyerah. Ada harapannya yang belum tersalurkan yakni penerapan teknologi budi daya ikan nila dan ikan bandeng di air asin, keramba akan di bangun di wilayah engross, tobati dan abepantai.

“saya masih baru menjadi lurah di waena dan banyak waktu tersita juga, karena baru ,saya perlu adaptasi mengenal karakter bawahan, juga system kerja kelurahan, karena masih banyak yang perlu dibenahi untuk menyamakan persepsi serta mensinergikan karakter dan system kerja di kantor.”

Baru beberapa waktu dia menjalankan tugas di pemerintahan waena tetapi banyak hal yang telah direalisasikan seperti pemberdayaan mama mama penjual pinang yang seperti kata orang mengganggu pemandangan kota, ungkapnya bahwa “ para penjual pinang di pinggir jalan saya tata dengan baik, anda bisa melihatnya di depan toko-toko sana, pemandangannya apik dan cantik, ini semua tergantung penataannya.“


cita-citanya menjadikan kelurahan waena sebagai wilayah jasa di kota jayapura, dia pun tak tanggung-tanggung berbuat, selain menjalankan roda pemerintahan secara internal dia pun sedang mengidentifikasi dan melakukan observasi kondisi usaha serta perekonomian warga untuk mengetahui apa yang diinginkan warga adalah kegiatan yang sehari-harinya dia geluti “ pengusaha kecil banyak diwilayah ini dan kita harus memberdayakan mereka untuk meningkatkan perkonomiannya, saya juga ingin juga mengalokasikan wilayah disana yang bisa kita kelola bersama seperti pasar kuliner tradisional papua ungkapnya sambil menunjuk arah batas kota jayapura.”

Tidak ada komentar: