Posted by esito pada November 8, 2007
Tiap hari peringatan di Indonesia adalah
penanggalan wacana. Ketika Hari Sumpah Pemuda datang untuk ke-79
tahunnya, wacana baru pun muncul. Pesohor yang memakzulkan dirinya
sebagai pemuda melemparkan wacana bahwa sudah saatnya pemuda memimpin
bangsa. Dengan membungkus diri mereka dengan sang saka, perdebatan
muncul lewat halaman opini media massa. Dan sebagaimana panas tersapu
hujan, perdebatan itu ditutup dengan kata damai, “tidak perlu ada
dikotomi muda dan tua”. Lalu di belakang panggung terdengar gunjingan,
Parpol tidak memberi tempat pada kaum muda.
Pada
saat jalur politik mengalami kebuntuan, Indonesia butuh sosok yang
memiliki netralitas politik, berjiwa luhur dan memiliki keterampilan
teknis. Sosok inilah yang bisa merebut kekuasaan dengan cepat, cekatan
dan trengginas dan kemudian memimpin Indonesia. Satu-satunya jiwa muda
yang potensial melakukan semua itu hanya Pramuka. Praja Muda Karana
dengan seragam coklat lengkap dengan baret, kacu, tongkat dan tali
temali.
Kunci
utama perebutan kekuasaan terletak pada kematangan intelijen, Pramuka
jelas siap melakukannya. Pramuka memiliki keterampilan teknis yang
dibutuhkan untuk operasi intelijen. Bila tokoh muda alergi bekerjasama
dengan BIN, Bais atau Intelkam Polri, mereka bisa menggunakan
keterampilan teknis Pramuka. Bukankah dalam era Iptek dimana kita
senantiasa ketinggalan ini yang dibutuhkan adalah keterampilan sandi
pada tingkat yang sangat dasar untuk kepentingan intelijen. Pramuka,
bukan tokoh muda, memiliki keterampilan tersebut. Mereka menguasai
morse, Smaphore dan tentu saja sandi-sandi jejak menggunakan batu,rumput
dan ranting.
Berikutnya
adalah operasi penggalangan untuk menciptakan simpul-simpul strategis
di tingkat masyarakat. Pramuka jelas memegang simpul-simpul tersebut.
Penggalangan bisa dilakukan mulai dari tingkat Gugus Depan hingga
Kwartir nasional atau mulai dari level Siaga hingga Pandega. Kerahasiaan
terjamin, siapa pula yang akan curiga dengan wajah-wajah tanpa dosa
bocah yang mengenakan seragam coklat.
Setelah
penggalangan berhasil, suruh saja mahasiswa turun ke jalan. Sedikit
chaos akan merontokkan kemapanan pemerintahan. Sementara para pramuka
menyiapkan perkemahan dengan simpul-simpul yang rumit sebagai basis
pertahanan. Tentara atau polisi mana pula yang akan tega membantai
wajah-wajah lugu berseragam coklat ini. Jangan lagi berorasi tentang
Korupsi dan bla…bla…bla..demokrasi, suruh saja seorang Pramuka tingkatan
Siaga naik ke podium membacakan Dasa Darma Pramuka, kalau perlu ikut
pula dibacakan Sapta Marga dan Delapan Wajib Prajurit. Tidak ada yang
akan tersinggung bukan? Sementara masyarakat terpedaya oleh nilai-nilai
luhur yang dibacakan tersebut, simpati pun didapatkan. Bila rakyat sudah
bergerak, siapa yang akan bisa menahan laju zaman???
Ketika
kekuasaan telah didapatkan, bukan tokoh muda, tetapi para Pramuka lah
yang paling siap berkuasa. Mereka memiliki keterampilan teknis untuk
menata masyarakat. Saka Bhayangkara menggantikan polisi, Saka Bahari
menggantikan TNI AL hingga Saka Kencana menggantikan BKKBN. Mereka bisa
pula menyulap Bulog menjadi dapur umum untuk masyarakat dalam transisi.
Pramuka pula yang bisa menyediakan perumahan darurat untuk masyarakat.
Dan yang penting Pramuka juga bisa diberdayakan sebagai jagawana penjaga
hutan dalam rangka memerangi pembalakan liar. Jadi tidak sekedar demo
di departemen kehutanan.
Sebagaimana
salah satu dasa darma Pramuka, maka masyarakat mesti gemar menabung.
Dengan demikian pusat perbelanjaan disulap menjadi kawasan produksi
bukan konsumsi. Papan-papan iklan dirobohkan berganti pohon sawit untuk
produksi. Kebun sawit akan berpusat di perkotaan bukan dengan
menggunduli hutan. Pramuka akan mendorong Indonesia menuju masyarakat
sosialis lewat kesetiakawanan sosial yang tergambarkan lewat saling
membantu dan suka menolong. Pramuka akan membatasi impor telepon genggam
sebab kita bisa menggunakan beragam sandi untuk berkomunikasi. Operator
telepon seluler yang terus mengoper laba ke luar sana, silakan angkat
kaki. Para remaja yang selalu “nongkrongin MTV” akan dipaksa untuk
berbulan-bulan hidup di alam lewat perkemahan “Tanpa Batas”. Kendaraan
pribadi dan umum akan dibatasi sebab Pramuka akan memperlebar trotoar.
Orang-orang berangkat kerja dalam barisan regu dipimpin seorang Pinru
lengkap dengan sempritan di kantongnya. Makin lama kualitas udara di
perkotaan bisa dikembalikan.
Jangan
lupa yang paling penting. Pada saat terjadi bencana, masyarakat yang
menjadi korban tidak perlu lagi risau sebab satgas Pramuka senantiasa
siap sedia. Satu-satunya perubahan yang mungkin tidak akan diterima
semua masyarakat adalah penggantian “Sukarno-Hatta” sebagai ikon
Indonesia menjadi Sultan Hamengkubuwono IX. Bukankah beliau Bapak
Pramuka??
Tunggu
apalagi para tokoh muda??? Segeralah menyerbu toko perlengkapan Pramuka
di daerah Senen. Kenakan seragam coklatmu lengkap dengan kacu, baret
dan tali di pinggang. Berbaris melingkar; ucapkan salam dan..Tepuk
Pramuuuuka!!!! Jangan lagi merengek minta kekuasaan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar