Jumat, 16 November 2012

DEDIKASI RELAWAN TIK PAPUA DI KAMPUNG WARIS


Oleh: Karmin Lasuliha
Relawan TIK Papua

Sosialisasi Pemanfaatan IT
         Damai itu indah...ungkapan hati ketika kami menginjakkan kaki di kampung itu, guyuran hujan membuat pandangan seakan sepi, sepi karena tak satu pun kami dapati penduduk kampung, mata kami sama tertuju pada bangunan sekolah yang sedari awal menjadi tujuan perjalanan kami. 

Kelelahan dalam menempuh perjalanan 130 km dari ibukota Kabupaten tak kami rasakan, ini semacam perjalanan wisata kata syaif yang juga teman seperjuangan di komunitas
, gundukkan kerikil serta hamparan karang jalan dengan kolaborasi pecahnya aspal tua tidak terawat menghibur kami ber-empat untuk menghardik mereka para penguasa, sudahlah ini keindahan wisata kami tanpa upah, yang penting hujan ini kami anggap berkah perjalanan kali ini, ungkapan hati yang cukup bijaksana.....ha..ha..ha..yang penting bukan lalahar, ahh, kita tinggalkan saja pembahasan kata cantik itu.....hihihi...

Waris adalah kampung kecil yang letaknya diantara keerom dan ibukotanya senggi, tentunya sebelum sampai di waris kampung wembi harus kita lalui terlebih dahulu, yakni kampung yang pernah menjadi fokus isue banyak media lokal dan nasional ketika pos penjagaan tentaranya di serang gerombolan orang tak dikenal beberapa tahun yang lalu.


Sudahlah, itu hanya sebuah pengantar untuk kita masuk pada fokus kami berempat, di kesempatan perjalanan panjang ini adalah milik Relawan TIK Papua, tak ada pamrih kepentingan pribadi ataupun komunitas tetapi saat dimana tugas sosial yang di kedepankan menjadi sedekah diri. Terus terang kalimat itu sangat klasik untuk sebuah perjuangan.

Bertemu kepala sekolah adalah tugas pertama kami. banyak cerita bernada keluh dilepaskan tanpa pikir panjang, mulai dari masalah penerangan yang tak pernah terang hingga komputer rusak yang tak dapat diperbaiki...teman-teman relawan seakan menjadi tempat sampah yang harus menampung peluh soal  dengan syarat jawaban, sungguh tak terkira karena kami hanya berempat, perlu waktu yang cukup untuk menangani keinginan mereka "setidaknya kita harus latih dorang (mereka) guna menyelesaikan keluh yang selama ini tak teratasi" semoga jangan lagi ada komputer yang penuh debu tak tersentuh, atau biaya 200 ribu rupiah untuk antivirus para guru yang seakan kena tipu oleh orang kota ditempat service komputer.

kurangnya SDM, dan tak tersedianya Energi Listrik 
Bukan tak ingin berlama-lama di kampung itu tetapi kami di batasi dengan bahan makanan yang kami bawa sebagai bekal, maklum baru sadar, karena tak ada satu pun warung untuk disinggahi.

Malam itu hujan bercampur hentakkan tiupan angin, semakin pasti memberi kabar pada kami bahwa makhluk cair itu belum mau berhenti mengguyur kampung waris. Kami tidak ingin dijadikan sang dewa penyelamat oleh guru, para murid serta masyarakat yang ada di sana karena kehadiran kami hanya ingin berbagi sebagai jawaban tentang apa itu kewajiban sosial. pertemuan malam itu dihabiskan dengan sosialisasi pemanfaatan teknologi menggunakan penjelasan audio visual. hingga pukul dua lewat lima dini hari mata tetap terjaga, ikhlas menjadi tempat penampung aspirasi serta antusias masyarakat melontarkan beragam masalah. waktu semakin larut ber-teman geraman mesin Genset berkapasitas lima liter premium.

Apa itu Internet...???? tanya mereka anak-anak polos
( Internet dianggap sebuah mesin tekhnologi canggih yang susah dimengerti )

Sampai larut malam kami masih berkelahi dengan gejolak ketidaktahuan mereka...sungguh naif negeri kaya ini.....mungkin kalian tak perlu tahu bagaimana mengoperasikan alat bagus ini, yang terpenting hadiah ini kalian terima walau nanti hanya rayap yang menyentuh mouse-mouse itu. sumber daya mereka para guru di kampung waris belum bisa memberi arti apapun kepada para murid mengenai apa itu Informasi dan Tekhnologi, jangan kan mengaplikasikan menerjemahkan secara lisan pun tak dapat dipungkiri masih jauh untuk di mengerti.
Solar Cell ditengah Komputer berdebu

Komputer mereka terus jebol karena energi listrik yang tidak stabil sebagai asupan. Pelayanan Internet kecamatan hanya sekedar papan pengumuman tanpa koneksi.

Pagi esok harinya.......mata pelajaran IT menjadi kekhususan untuk kami berdefinisi, Murid SMP di satukan oleh kepala sekolahnya begitu pula murid SMA, mereka tak mau membuang kesempatan emas katanya....kami berempat belum sempat mengganti pakaian bermotif relawan yang mulai berbau asam karena bercampur keringat....hehehe...dengan senang hati agenda semalam dilanjutkan...para murid semakin semangat dengan wajah tampilan IT melalui visualisasi penjelasan...

Ketua Relawan TIK Papua
Dua hari sudah dedikasi kami, tentunya tak memberi rasa puas buat kami sebagai relawan TIK dan mereka semua di kampung itu. memang belum tuntas tetapi setidaknya pemahaman IT yang kami informasikan menjadi bekal dasar untuk mereka mengerti, bahwa ketertinggalan IT mereka sudah cukup jauh dengan saudara-saudara mereka yang berada diluar kampung waris. Sosialisasi para relawan menjadi semangat baru untuk anak-anak seperti Salmon Epi  dan teman - temannya. semoga Tuhan memberi Usia untuk kita saling bersua....Damai Papua. salam Pace Mace Cyber. Tuhan Memberkati......Bersambung......



Kampung Wembi ( Kab. Keerom )

Rumah Penduduk ( Waris )





Tidak ada komentar: