Rabu, 01 Januari 2014

INGIN HARTA DARI KURSI JAWARA


Cerita saudagar kaya di zaman dahulu memberi makna, menggugah semangat untuk hidup kearah yang lebih bersahaja. Masa keemasam para jawara uang dahulu mungkin telah habis dimakan waktu karena zaman kini hadir dengan kerja keras dan kerja cerdas. Dahulu kekayaan itu didapatkan dengan mistik dan mantra, banyak cerita masa lalu yang bisa kita ambil pelajaran. Waktu itu ada cerita aladin pemilik jin dari lampu wasiat, ada juga cerita harun al-rasyid dengan limpahan harta pemilik masa. Ada pula cerita goa penuh limpahan batu mulia symbol qarun pemilik kunci harta, banyak sekali cerita sejarah dengan fiktif dan fakta yang bisa diambil hikmahnya. Ada banyak cerita masa lalu yang salah dimaknai oleh mereka yang menginginkan hidupnya penuh limpahan harta dan tahta.

Di zaman modern ini, persaingan tidak lagi dapat dibedakan antara  baik dan buruk sama halnya dengan fiktif dan fakta. Kebenaran dianggap membingungkan karena pikiran saat ini lebih cenderung dikuasai oleh ketidakbenaran, ungkapan kata tidak lagi sejalan dengan tindakan nyata yang dilakukan karena kebencian dan keserakahan telah mengalahkan kemurnian hati.

Saat ini ketika kita menginginkan kehidupan enak, layak dan serba berkecukupan banyak peluang yang tersedia. Ada peluang yang bisa didapatkan dengan kreatifitas ada pula peluang yang didapatkan dengan kajian serta analisa pandangan mata. Peluang itu bisa kita pilahkan mulai dari bisnis rill maupun peluang di pemerintahan.

Cerita para jawara bukan tinggal kenangan melainkan menjadi pelajaran bagi beberapa orang yang ambisi mendapatkannya. Mereka meyakini sekaligus merestui muslihat itu nyata dan biasa, karena kebodohan adalah dasar pijaknya. Disisi lain mereka yang memahami menganggap kursi jawara adalah cobaan nyata dan luar biasa. Kursi jawara itu benar adanya untuk birokrat yang tahu tugas pokok dan fungsi. Di negeri ini kursi jawara boleh diperebutkan orang-orang bodoh tak tahu diri, tak punya gigi tetapi mau menggigit…inilah birokrasi ajaib yang bisa didapatkan dengan nujum dan sulap…..

Demokrasi bukan lagi sebuah amanat apalagi menjadi perubahan yang baik. Hati nurani tergadaikan untuk kepentingan uang karena saudagar pasar dan para petani telah berambisi menjadi politikus. Mereka yang miskin berkhayal menjadi pelancong di ibukota symbol kerakusan untuk bersaing merebut tahta dan jabatan…semoga mereka bisa belajar memahami. Aspirasi mereka harus benar suara rakyat bukan suara fiktif penuh muslihat atau kami tobat korupsi tetapi korupsi masih merajai seantero panggung politik, itulah tanda bobroknya demokrasi negeri ini. Di awal tahun 2014 ini rakyat berharap cemas, “apakah kami masih menjadi tumbal kebodohan para legislator dan eksekutor”.

Rakyat tidak ingin hal Ini menjadi preseden buruk demokrasi, jika mereka merebut kursi jawara  maka kita sebagai rakyat setuju akan hadirnya hal bodoh untuk membodohi….mari menjadi satu dari jutaan rakyat Indonesia memberikan peluang bagi wakil rakyat yang cerdas serta memiliki ilmu yang kompeten untuk kerja- kerja yang berpihak untuk kemajuan dan kesejahteraan….salam Damai Papua

(Penulis adalah Mantan Aktifis HMI Papua)

Tidak ada komentar: